Hutan ini... adanya di balikpapan... dan ane... juga ada di Balikpapan... jadi sebenernya udah pernah kesini... tapi ga poto2... jadi ini ngambil dari blog orang.... gapapa ngambil... asalkan menyertakan sumber!!
1. Hidrologis
Hutan lindung pada dasarnya mempunyai fungsi utama sebagai daerah perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi dan sedimentasi serta memelihara kesuburan tanah.
Dengan luas sebesar 9.782 ha dan terdapatnya dua Daerah Aliran Sungai
(DAS) di HLSW, menjadikan kawasan ini sangat potensial untuk di kelola
sebagai daerah tangkapan air bagi Kota Balikpapan. Sejarah pemanfaatan
dan pengelolaan air dari HLSW ini dimulai dengan dengan dibangunnya
waduk pada tahun 1947 oleh perusahaan minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij)
dengan luas 0,7 ha. Kemudian pada tahun 1969 pengelolaan waduk
dilakukan oleh SHELL dan sejak tahun 1972 hingga saat ini di kelola oleh
PERTAMINA dengan luas waduk 3,1 ha.
Selain waduk, di areal tersebut terdapat instalasi rumah pompa air
baku, dimana air yang ditampung di dalam waduk untuk selanjutnya
dialirkan melalui pipa-pipa menuju kota Balikpapan tempat kilang minyak
berada.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PERTAMINA, air waduk yang
dimanfaatkan perusahaan tersebut setiap harinya sebesar ±15.000 m3
dengan rincian sekitar 85 % digunakan untuk proses produksi (pembangkit
tenaga penggerak/listrik, air industri dan cooling water) sedangkan
sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (komplek
perumahan karyawan PERTAMINA).
Hasil analisis data pengambilan air yang dilakukan oleh PERTAMINA,
rata-rata perusahaan tersebut menggunakan air sebanyak 450 – 750 m3 per
jam atau ± 25% dari jumlah kebutuhan air baku yang biasa digunakan oleh
seluruh rumah tangga di Balikpapan.
Berdasarkan perhitungan kasar mengenai nilai air yang diambil dan
dikelola dari waduk sungai wain dapat diperkirakan bahwa jika Pertamina
harus membeli air dari PDAM untuk kebutuhan airnya, maka paling tidak
harus mengeluarkan dana sebesar Rp 2,5 M/bulan. Sedangkan hingga saat
ini Pertamina hanya dibebankan membayar pajak air permukaan kepada
pemerintah. Sehingga sangat wajar jika Pemerintah Kota Balikpapan
menuntut kompensasi jasa lingkungan dari pengambilan air waduk sungai
wain kepada Pertamina. Jika hal ini bisa terealisasi maka untuk
pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain tidak lagi menjadi beban APBD,
cukup hanya dengan menggunakan dana kompensasi jasa lingkungan yang
dibayarkan oleh Pertamina tersebut.
Hingga saat ini kilang-kilang minyak Pertamina di Balikpapan masih
sangat tergantung pada air yang berasal dari HLSW. Hal ini menujukkan
adanya sebuah kepentingan ekonomi besar dari sebuah suplai air yang
tidak pernah berhenti dari kawasan HLSW.
2. Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Selain fungsi utamanya tersebut, HLSW juga memiliki fungsi sebagai
Kawasan Perlindungan Keaneka-ragaman Hayati. Beberapa tipe hutan yang
terdapat di HLSW yaitu rawa-rawa terbuka, hutan rawa air tawar, hutan di
sisi sungai (riparian), hutan dipterocarpa dataran rendah yang lembab
serta hutan dipterocarpa perbukitan yang kering. Masing-masing tipe
hutan tersebut memiliki spesies tumbuhan dengan karakteristik yang
berbeda. Suatu perubahan kelembaban yang curam (drastis) dari selatan
ke utara dari hutan cadangan, yang diselingi dengan lembah dan sungai,
menambah keragaman spesies pohon yang tinggi, yang menduduki peringkat
tertinggi di Asia Tenggara. Tipe vegetasi yang berbeda memberikan
beberapa kemungkinan bagi hewan-hewan untuk berpindah dan menghindari
kelangkaan makanan pada waktu musim kering.
a. Flora
HLSW merupakan sebuah contoh unik dan khas dari tipe hutan
Dipterocarpa dataran rendah, yang dulunya menutupi hampir seluruh
wilayah antara Balikpapan – Samarinda. Jenis pohon kanopi dominan di
hutan tua adalah Bangkirai (Shorea laevis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis)
masih terdapat banyak di kawasan ini. Selain dari jenis pohon kanopi
tersebut, hutan lindung ini juga mempunyai keragaman jenis yang tinggi
untuk jenis-jenis epifit (anggrek), pakis dan tumbuhan merambat.
Selain itu ditemukan juga spesies jahe raksasa yang diberi nama Jahe
Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis), salah satu spesies baru tumbuhan jahe-jahean yang sampai saat ini hanya dapat ditemukan di HLSW.
b. Fauna
Pada umumnya hampir sebagian besar hewan dari jenis mamalia yang
hidup di Kalimantan masih dapat dijumpai HLSW. Fauna-fauna yang ada
tersebut sebagian besar termasuk jenis yang langka dan terancam punah
seperti Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Berung Madu (Helarctos malayanus), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), Tarsius (Tarsius bancanus) serta Kukang (Nycticebus coucang). Uwa-uwa (Hylobates muelleri), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina) serta satwa endemik Kalimantan Bekantan (Nasalis larvatus).
Jenis mamalia jenis lainnya antara lain Kucing Hutan (Felis bengalensis), beberapa jenis landak seperti Landak Raya (Hystrix brachyura), Landak Ekor-Panjang (Trichys fasciculata), sekelompok Tupai Tanah dan Tupai Terbang seperti Tupai Tiga-Warna (Callosiurus prevostii), Tupai Tanah-Bergaris Empat (Lariscus hosie), Tupai Kerdil-Dataran Rendah (Exilisciurus exilis), Tupai Kerdil-Telinga Hitam (Nannosciurus melanotis) dan Tupai Terbang Raksasa-Merah (Petaurista petaurista). Beberapa jenis musang seperti Musang Belang (Hemigalus derbyanus), Musang Akar (Arctrogalidia trivirgata), Luwak Macan (Viverra tangalunga), Linsang (Prionodon linsang), Binturong (Arctictis binturong) serta Berang-berang (Lutra spp) dapat ditemukan di hampir semua sungai.
Selain jenis mamalia, di kawasan HLSW terdapat berbagai jenis burung.
Sebagian merupakan jenis endemik yang langka seperti Tiong-Batu
Kalimantan atau Bristlehead (Pytiriasis gymnocephala), burung/ayam pegar langka, burung pelatuk dan burung enggang.
HLSW juga digunakan oleh beberapa jenis burung langka pada rute
perpindahan mereka, atau sebagai batu loncatan untuk jenis nomadik
(berpindah-pindah) seperti Enggang Raja (Rhinoplax vigil). Sedangkan untuk keragaman jenis reptil dan amphibi belum diteliti, tetapi Penyu tanah dan Penyu air tawar (Trionyx sp.) sering tampak. Binatang reptil lainnya adalah jenis ular seperti Phyton reticulans, Gonyosoma oxycephala, Dendrelaphis formosus, Macropisthodon rhodomelelas, Ophiopphagus hannah serta jenis berbagai jenis Katak (Rana spp.).
3. Penelitian, Pendidikan dan Rekreasi
Selain alasan-alasan lingkungan dan ekonomi, banyak alasan sosial dan
moral untuk mengkonservasi suatu kawasan lindung. Suatu kawasan yang
dilindungi dapat meningkatkan mutu dan kualitas kehidupan manusia
melalui kesempatan rekreasi, pendidikan dan penelitian serta pariwisata
yang secara moral dan sosial. Berdasarkan pada keragaman potensi yang
sudah dijelaskan di atas, kawasan HLSW mempunyai potensi bagi
pengembangan penelitian, pendidikan dan rekreasi.
a. Penelitian Ilmiah
Kawasan HLSW merupakan tempat yang sangat baik untuk melaksanakan
penelitian ilmiah tentang flora, fauna, bentang alam (landscape) serta
manajemen konservasi. Kegiatan penelitian ilmiah tersebut dapat diuji,
diperbaiki dan dampak-dampak dari kegiatan ini dapat dimonitor untuk
mengevalusi keefektifannya. Beberapa kegiatan penelitian ilmiah yang
telah dilakukan telah menunjukkan bahwa untuk membantu upaya
pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian kawasan hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest)
secara bijaksana akan memberikan suatu manfaat dan dukungan bagi
pengelolaan masa datang. Penelitian ilmiah tentang keanekaragaman jenis
di HLSW mampu melindungi struktur, fungsi dan keanekaragaman sistem
dunia yang merupakan tumpuan spesies kita.
Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset yang mengembangkan HLSW
sebagai tempat peliaran kembali satwa liar yang terancam punah. Sejak
tahun 1992 Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset telah melepas-liarkan
lebih dari 80 ekor Orangutan (Pongo pygmaeus). Kawasan HLSW dianggap
menjadi kawasan yang cocok untuk merehabilitasi Orangutan yang disita,
karena tidak ada populasi orangutan liar di kawasan ini.
Orangutan-orangutan itu telah dilepas-liarkan dalam enam kelompok
sepanjang periode 4 tahun. Pada tahun 1998 orangutan yang
dilepas-liarkan telah melahirkan, hal ini menunjukan adanya adaptasi
yang baik antara spesies dan habitatnya.
b. Pendidikan Lingkungan
Suatu etika pada saling menghargai dan saling memelihara merupakan
landasan bagi kehidupan yang berkelanjutan. Ini berarti bahwa biaya dan
manfaat dari pemakaian sumber daya, pembangunan dan perlindungan
lingkungan harus dibagi merata dikalangan masyarakat dan bangsa-bangsa;
di antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Untuk
menerapkan etika bagi kelangsungan hidup, orang harus mengkaji ulang
nilai-nilai dan mengubah perilaku mereka serta meningkatkan kapasitas
dan kualitas masyarakat untuk dapat menghargai betapa bermanfaatnya gen,
spesies dan ekosistem alam.
Kawasan HLSW yang mempunyai keunikan khas akan potensi sebuah kawasan
hutan tropis basah mampu menyediakan sarana untuk dapat meningkatkan
kapasitas dan kualitas masyarakat melalui pendidikan lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup tersebut pada prinsipnya adalah untuk
membangun suatu mekanisme pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
masyarakat luas (berbagai lapisan masyarakat) tentang keberadan dan
manfaat HLSW, sehingga akan terbangun suatu trend “Cinta Hutan Lindung
Sungai Wain”. Pembangunan kapasitas oleh pelaku konservasi diharapkan
bisa memberikan efek yang berantai, sehingga secara strategi kegiatan
ini akan meningkatkan kuantitas dan kualitas masyarakat yang peduli
terhadap HLSW, terjadi transfer pengetahuan dan kepedulian, adanya
pemantauan atau monitoring yang dilakukan masyarakat terhadap HLSW.
c. Wisata Alam
Tingkat kebutuhan masyarakat Balikpapan akan wisata atau rekreasi
sangatlah tinggi. Dengan sarana rekreasi yang sangat minim di wilayah
Kalimantan Timur umumnya, kawasan HLSW dapat menjadi tempat alternatif
rekreasi dengan pola “wisata alam terbuka”. Dengan kekayaan
keanekaragaman hayati, tipe habitat yang beragam, keberadaan spesies
endemik (khas/asli) Kalimantan, posisi yang strategis sepanjang Teluk
Balikpapan dan masih berada di sekitar kota yang mempunyai bandara
internasional HLSW dapat menjadi lokasi yang ideal untuk wisata
pendidikan alam.
Sektor pariwisata dari HLSW akan menjadi potensi yang cukup besar
bagi pem-bangunan ekonomi pemerintah daerah umunya dan masya-rakat
sekitar pada khususnya. Dengan pengembangan dan pengelolaan “wisata
terbatas” yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan kawasan,
kegiatan wisata tersebut diharapkan tidak akan menggangu dan merubah
fungsi dari pada keberadaan HLSW itu sendiri (seperti fungsi tangkapan
air, penelitian, pendidikan dan pelestarian keaneka ragaman genetik dan
spesies).
4. Jasa Lingkungan
Sebagai salah satu kawasan hutan hujan tropis yang masih tersisa,
HLSW juga mempunyai fungsi dan manfaat lain bagi kehidupan umat manusia.
Berbagai manfaat yang diberikan oleh HLSW secara umum dirasakan oleh
banyak pihak, secara khusus oleh mereka yang tingal di sekitar kawasan
hutan tersebut serta masyarakat kota Balikpapan. Manfaat yang diberikan
oleh kawasan ini sangat besar artinya dan dapat langsung dirasakan,
sepertai misalnya sumber daya air. Selain manfaat yang langsung terasa,
manfaat yang tidak terlihat langsung adalah berupa jasa ekosistem.
Akan tetapi manfaat dari jasa ekosistem ataupun jasa lainnya kawasan ini
seringkali terlupakan, bahkan tidak dicerminkan dalam berbagai bentuk
timbal balik yang memadai.
SUMBER
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon